Hanuang.com

hanya huruf huruf kecil

*sebagai bentuk apresiasi serta rasa bangga terhadap Pemimpin Eksekutif & Legislatif Lamsel*

“Kasihan bangsa yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya ketika tidur, sementara menyerah padanya ketika bangun.

Kasihan bangsa yang tidak pernah angkat suara kecuali jika sedang berjalan di atas kuburan, tidak sesumbar kecuali di runtuhan, dan tidak memberontak kecuali ketika lehernya sudah berada di antara pedang dan landasan.

Kasihan bangsa yang negarawannya serigala, falsafahnya karung nasi, dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.

Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya dengan trompet kehormatan namun melepasnya dengan cacian, hanya untuk menyambut penguasa baru lain dengan trompet lagi.

Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu menghitung tahun-tahun berlalu dan orang kuatnya masih dalam gendongan.

Kasihan bangsa yang berpecah-belah, dan masing-masing mengangap dirinya sebagai satu bangsa.”

demikian cuplikan puisi kahlil gibran yang berjudul kasian bangsa yang memicu kata demi kata bergulir tanpa huruf besar melainkan hanya huruf_huruf kecil dari sang anak kampung yang memandang kagum tingkah polah pemimpin pemimpin bangsanya hari ini.

namun disini diserambi kampung dan digardu sebelah rumah…percakapan menyeruak tentang daerah dan kampung ini.

bukan tentang negara yang teramat tinggi untuk dijangkau oleh anak anak kampung yang tidak tamat sarjana…yang hanya mampu menulis dengan huruf huruf kecil dan bahasa sederhana…bahasa rakyat jelata.

tentang berbagai trik dan intrik.. strategi politik… perang pendapat.. juga berita_berita beraneka rupa yang nyata atau cuma hoax…semua nyaris tak bisa dibedakan arahnya kemana dan untuk pihak yang mana…begitu ramai terpapar di media sosial bahkan dipojok_pojok gardu siskamling serambi kampung…

huruf_huruf kecil mulai bernyanyi
menyirat harap yang amatlah sederhana…
“berikan kami contoh yang baik dengan perilaku yang elok… dan keputusan_keputusan yang memihak kepada kesejahteraan rakyat secara nyata.. bukan semata mata pencitraan apalagi tipudaya belaka…” pinta si anak kampung melalui gardu siskamling itu..

celoteh di gardu kecil samping rumah kali ini…juga bertema secuil kegembiraan menyirat rekat…saat mereka memiliki bupati dan pimpinan dewan hari ini…yang mengajarkan kesederhanaan dan kesantunan berpolitik dan berinteraksi sosial…kegembiraan yang nampak polos dan sederhana…ditampakkan pada setiap malam hiburan rakyat bersama pemimpin pemimpin itu.

setidaknya itu mampu menciptakan kenyamanan dan keleluasaan berinteraksi dan berkarya tanpa sekat atau rasa sungkan untuk berbicara…hak yang mendasar sudah termiliki atas semua kalangan termasuk jajaran…

selanjutnya tinggal bagaimana keputusan hatinurani masing_masing rakyat menentukan sikap dan arah tujuan… makna yang lebih luas di masa masa yang mendatang. membuka mata pada momentum kebangsaan dan kepemimpinan.

huruf huruf kecil itu tidak berharap mendengar lagi rintihan puisi puisi memilukan tentang “kasian bangsa” atau tentang kasian anak kampung yang menatap kedigjayaan bertahta penuh sekat dan ketidakbebasan berkarya. titik bukan koma.

filosofi_duduksamarendahbanghendryrosadi3/10/2018

Pencipta : Ahmad Syafaruddin Prasetya

Penerbit : Muhammad Arya Malikul Mulky

Share

BERITA TERBARU